Demi Nafkah Keluarga, Penambang Poboya Tetap Gigih di Tanah Sendiri

Palu _ Aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, hingga kini masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian masyarakat setempat. Di tengah keterbatasan lapangan kerja dan tekanan ekonomi, menambang menjadi satu-satunya cara bagi warga untuk mencari nafkah dan mempertahankan kesejahteraan keluarga.

Meskipun dilakukan secara manual dengan peralatan sederhana, tambang rakyat di Poboya telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga. Hasilnya memang tidak besar, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi warga, aktivitas ini bukan sekadar mencari emas, tetapi juga bentuk perjuangan untuk bertahan hidup di tengah sulitnya akses terhadap sumber ekonomi lain.

“Kalaupun ada warga yang bisa mencari rezeki di PETI, itu hanya sebagian kecil saja dari aktivitas tambang yang dilakukan oleh PT CPM,” ujar Rizal, salah seorang penambang warga Poboya, Jumat (24/10/2025).

Ia menuturkan, masyarakat merasa hanya menjadi penonton di tanah sendiri. Kehadiran perusahaan besar seperti PT Citra Palu Minerals (CPM) dinilai lebih mendominasi wilayah tambang yang selama ini menjadi harapan hidup warga setempat.

Meski merasa terpinggirkan, masyarakat tetap bersyukur dan berusaha bertahan. Pemandangan mobil pick up yang berlalu-lalang mengangkut material hasil galian manual sudah menjadi hal biasa di kawasan itu. Material tersebut kemudian diolah di tempat pengolahan tromol untuk memisahkan emas dari batu dan pasir. Proses ini tidak mudah, bahkan berisiko tinggi karena dilakukan di lubang-lubang sempit dengan perlengkapan keselamatan yang minim.

Dalam satu kali angkut, para penambang biasanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari untuk memenuhi kapasitas muatan kendaraan. Namun semangat mereka tidak surut.

“Tapi inilah kondisi yang ada, masyarakat tetap menikmati usahanya. Setidaknya bisa memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga mereka,” lanjut Rizal.

Bagi sebagian penambang, hasil dari kegiatan PETI digunakan untuk biaya pendidikan anak, memperbaiki rumah, dan memenuhi kebutuhan pokok. Ada pula yang menabung untuk membuka usaha kecil sebagai alternatif pendapatan lain. Aktivitas menambang ini juga turut menggerakkan ekonomi lokal — mulai dari warung makan, kios, hingga jasa transportasi di sekitar lokasi tambang.

Seorang pemilik kios di Poboya, Ibu Ica, mengaku bersyukur masyarakat masih diberi ruang untuk mengolah hasil bumi di wilayah PT CPM.

“Secara tidak langsung, masyarakat punya pendapatan dari menambang. Dari situ mereka bisa bertahan hidup,” katanya.

Saat ini, masyarakat penambang di Poboya bernaung di bawah dua koperasi yang berperan memperjuangkan hak-hak mereka agar tidak hanya menjadi penonton di tanah sendiri. Koperasi tersebut menjadi wadah bagi warga untuk menyuarakan aspirasi dan mengupayakan sistem pertambangan rakyat yang lebih tertata, aman, dan berkelanjutan.

“Selama ini dua koperasi itulah yang menaungi warga penambang di wilayah PETI. Setidaknya masyarakat setempat punya penghasilan dari menambang,” ujar Rizal. (***)

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama